happy sunday

happy sunday

Kamis, 04 November 2010

Ampun Dije
Sabtu, 15 Mei 2010 12:28
Komunitas DJ Crossover Indonesia

PROFESI Disk Jockey (DJ) atau Dije lekat dengan dunia entertain. Para penguasa turn table ini menjadi pengisi acara tetap di berbagai club dan café malam. Tak heran profesi ini identik dengan dunia gemerlap, dentuman musik, dan para wanita cantik. Padahal layaknya profesi seniman musik, seorang DJ juga menguasai aspek-aspek dalam bermusik misalnya harmonisasi nada, ritme, tempo musik, dan masih banyak lagi.
Berbekal kesamaan visi dalam rangka memperbaiki kualitas performa DJ, maka pada tahun 2004 komunitas DJ Crossover Indonesia dibentuk. Pada awalnya komunitas ini merupakan tempat pendidikan bagi peminat profesi DJ. Seiring dengan bertambahnya alumni, studio Crossover yang berlokasi di jalan Selorejo pun sering beralih fungsi menjadi tempat berkumpul dan berdiskusi para DJ lulusan Crossover.
“Ada sekitar 30 orang lulusan Crossover. Sebagian ada yang tetap di Malang, sebagian lagi ada yang sudah eksodus ke luar Malang,” terang  ketua Crossover Indonesia, Yeffie Dova Exonero.
Studio menjadi ajang diskusi sekaligus tempat untuk mengasah kemampuan. Banyak trik-trik DJ yang dipelajari di tempat tersebut, termasuk teknik DJ tanpa harus mendengarkan irama yang dihasilkan turn table.
“Terinspirasi dari film tentang seorang DJ yang cacat telinga alias tuli, kita pun mencoba mengaplikasikan dengan memainkan musik tanpa mendengarkan iramanya. Dan ternyata bisa. Caranya dengan melihat para equalizer dan getaran dari sura,” jelas pria yang sedang menunggu kelahiran putra keduanya itu. (fia/pit/eno)
Profil:
Ketua      : Yeffie Dova Exonero
Anggota : 30
Berdiri    :5 Maret 2004

FDJ Malang Langka
Menjadi Female Disc Jockey (DJ) tentu saja memiliki gengsi yang cukup berbeda dibanding Male DJ yang jumlahnya memang lebih banyak dibanding Female DJ. Female DJ dinilai tak kalah apik dalam memainkan CDJ dan menghasilkan racikan dentuman nada yang nyaman di telinga.
Namun, ada beberapa kendala juga sering dihadapi Female DJ mengingat dunia musik DJ sering diminta untuk menambah kemeriahan tempat hiburan di malam hari. Salah satu anggota Crossover Ikke Devina Y AKA DJ Ike mengakui bahwa jumlah Female DJ tak banyak ada di Malang.
Menurut mahasiswa yang telah menggeluti DJ semenjak satu tahun terakhir ini, jumlah DJ wanita di Malang bisa dihitung dengan jari. Sedangkan permintaan untuk tampil semakin banyak frekuensinya. Tak heran DJ Ike memiliki jadwal tampil tetap di beberapa cafe di Malang setiap minggunya.
“ Profesi DJ saya rasa sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan saya. Karena permintaanya juga semakin banyak, seperti hiburan musik atau band begitu,” kata Ike.
Kemampuan mengocok CDJ pun didapat dengan waktu belajar yang cukup singkat. Ike mengaku sambil bergaul di komunitas Crossover dia juga mendapatkan arahan dan kemahiran memutar Disk ssekitar 6 bulan.
Setelah itu Ike yang lebih memilih jalur musik etnik sebagai ciri khas musiknya sudah bisa menyuguhkan olahan lagu layaknya DJ Professional, ” yang penting niat, kalo alatnya bisa ikutan nebeng di crossover,” lanjut Ike. (fia/ pit/eno)

Ekplorasi Musik dengan Kolaborasi
DEMI mengikis kesan barat, para DJ Crossover Indonesia pun terus melakukan eksplorasi baik dari teknik hingga mixing musik. Proyek Crossover yang cukup menarik dan berusaha untuk diwujudkan dalam waktu dekat adalah kolaborasi DJ dengan kebudayaan Jawa, tepatnya kentrung.
Perpaduan alat musik tradisional denagn musik beraliran tribal milik Yeffi menjadi diharapkan menjadi salah satu langkah inovatif untuk semakin mengakrabkan musik hasil racikan DJ ke masyarakat.
“Karena pada dasarnya kita ingin menghapus image bahwa DJ itu hanya untuk club malam. Padahal jika di ekplorasi kita bisa masuk di berbagai event,” ucapnya.
Pembicaraan kerjasama pun intensif digelar dengan salah satu unik kegiatan mahasiswa kesenian di salah satu universitas negeri di Malang. rencananya hasil dari kolaborasi itu akan ditampilkan dalam pagelaran yang diselenggarakan di Taman Krida Budaya Jatim.
“Sebelumnya, saya juga sudah melakukan kolaborasi dengan aliran musik lain. Yang paling sering adalah perkusi,” pungkasnya. (fia/pit/eno)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar