happy sunday

happy sunday

Kamis, 04 November 2010

Land of the Lost, Terjebak di Dimensi Lain

23 Agustus 2009 993 views No Comment
Salah satu scene dalam Film Land of the Lost
Salah satu scene dalam Film Land of the Lost
RICK Marshall (Will Ferrell) adalah seorang ahli purbakala yang berdedikasi tinggi. Namun karena teorinya yang dianggap tak masuk akal, Rick terpaksa harus turun pangkat dari seorang ilmuwan menjadi pengajar ilmu pengetahuan buat anak-anak. Suatu ketika Rick berhasil membuktikan bahwa teori perpindahan waktu yang ia kemukakan memang benar, sayangnya tak ada yang bisa mengkonfirmasi karena ia berpindah waktu tanpa ada saksi dan celakanya untuk kembali sepertinya bukan pekerjaan yang mudah.
Pertemuannya dengan Holly Cantrell (Anna Friel) membuat Rick yang berusaha melupakan teori perpindahan waktu mulai kembali bergairah. Ia pun memperbaiki tachyon amplifier yang semula ia buat untuk membuktikan bahwa manusia bisa berpindah dari satu waktu ke waktu yang lain. Rick dan Holly kemudian mencobanya saat mereka berada di Devils Cave bersama seorang tour guide bernama Will Stanton (Danny R McBride). Saat mencobanya, terjadi gempa bumi yang membawa mereka bertiga berpindah waktu, tanpa tachyon amplifier.
Terpaksa mereka bertiga harus mengalami petualangan menegangkan di dunia yang serba liar yang masih dikuasai oleh binatang purbakala itu. Tanpa senjata dan peralatan, Rick hanya bisa mengandalkan apa yang ia tahu tentang binatang purbakala itu dan menjadikannya senjata untuk bisa bertahan hidup.
Masalahnya, untuk bisa kembali ke dunia mereka, hanya ada satu jalan yang harus mereka lalui, portal antar dimensi dan untuk mencari portal ini bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Jelas tidak jika mereka juga harus berusaha meloloskan diri dari kejaran makhluk purba yang tak bersahabat itu.
Menilai film Land of the Lost ini bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Pertama ide masuk ke dunia lain bersama dinosaurus sepertinya sudah basi. Jurassic Park sempat menggegerkan dunia saat membawa ide yang lumayan segar saat itu. Tapi mengulangnya lagi di saat ini sepertinya sudah tak masuk akal. Disebut ikut-ikutan tren sepertinya juga kurang tepat karena tren remake film 1960-an atau 1970-an sudah lewat beberapa tahun lalu. Lalu apa tujuannya?
Jika sang sutradara bermaksud membuat sarana untuk bernostalgia, rasanya juga kurang tepat karena penjabaran ide dasar menjadi sebuah alur cerita pun kurang logis. Tiga puluh tahun lalu ide fiksi itu mungkin masih menarik dinikmati orang dewasa, tapi untuk saat ini sepertinya cerita film ini hanya akan menarik buat anak kecil.
Kalau target market-nya anak kecil atau remaja belasan tahun, film ini juga punya beberapa kelemahan. Special effect yang digunakan tak cukup realistis untuk bisa dinikmati generasi muda jaman sekarang. Mereka sudah dijejali banyak film dengan CGI yang benar-benar memukau seperti Transformers misalnya.(int/ekk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar